Renungan Calon Sarjana
Mengarungi belantara minyak beku
Menepis batas ruas administrasi
Menggapai harapan cita nan semu
Sebab melimpahnya ketidakpastian
Sedang engkau terbang membelah langit
Bersayapkan beribu alasan
Takkan mungkin aku mengejar
Kecuali singgah ke bandara pengabdian
Di seberang ladang membentang
Tak tersentuh orang
Di sana bisa kutanam asa
Sampai ia tumbuh, bercabang, lalu berbuah
Hingga seberapa pun tinggi kau terbang
Dahannya tempatmu pulang.
Purworejo – Jogja, 27 Mei 2008
Guru
senyumanmu jadi penyegar rasa keingintahuan
candamu menjadi obat penawar kebosanan
pengetahuanmu menjadi penyembuh dahaga ilmu
semangat yang kau berikan menjadi jawaban atas segala cita-cita.
Jogja, Desember
Bapakku Guruku
di kesunyian pagi, kau sudah tinggalkan mimpi
penuhi kewajiban tak lama setelah adzan.
lalu lantunan ayat-ayat suci menggema di pagi itu,
hingga secercah cahaya timur mengubur kegelapan.
kau pastikan tak ada lagi tumpukan urusan
lalu jadikan tubuh tanpa rongsokan
menunggu nasi putih dan kawannya terhidang.
seonggok besi tua masih jadi pelayan setia
sebagai saksi sejarah perjuanganmu
tak gentar akan pergantian waktu
tak tergilas atas arus modernisasi
tak tergusur oleh kata-kata gengsi,
teladan kesederhanaan.
Jogja, Desember 08
Tamu Saat Hujan
kota masih dalam dekapan selimut
ketika langit tak mampu lagi membendung mendung
sementara malam memanjakan tubuh
yang sedang berjuang melawan lelah
dan tamu tak diundang pun datang
menerobos masuk tak lewati pintu
membawa buah tangan kesedihan
menjanjikan was-was akan kembali
seharusnya kau bukakan pintu instropeksi
agar sang tamu merasa segan untuk datang lagi….
Jogjakarta, Desember 2008
1 komentar:
Tes..tes...cek sound. Bisa masuk ga ya...ngecek thok ki
Posting Komentar